Sunday, December 31, 2017

Sisi Gelap Dunia Internet Bagi Anak-Anak Dibawah Umur

Sisi Gelap Dunia Internet Bagi Anak-Anak Dibawah Umur

Sisi Gelap Dunia Internet Bagi Anak-Anak Dibawah Umur

DuniaPahit.- Dalam dunia pendidikan, internet (dunia maya) sudah memperoleh tempat yang begitu terhormat serta strategis. Bagaimana tidak, tehnologi info ini sudah berikan keringanan untuk anak jadi peserta didik untuk terima ataupun berikan info.

Sekolah, dalam mengenalkan kelebihan institusinya, senantiasa menonjolkan pemakaian internet jadi tanda pemakaian tehnologi info, bahkan juga disebutkan sudah jadi basis evaluasi. Karenanya, ada sekolah lebih memprioritaskan pengadaan internet dari pada perpustakaan. Kelihatannya semuanya masalah evaluasi di sekolah sudah bisa dikerjakan dengan pemakaian dunia maya.

Guru yg tidak dapat memakai dunia maya dalam evaluasi di beri julukan guru " gagap tehnologi " (gaptek). Supaya tidak gaptek, harus guru pasti turut dengan peserta didik menyelami dunia maya. Sayang, umumnya guru tidak dapat ikuti perubahan dunia maya yang demikian cepat. Demikian sebaliknya, peserta didik lebih cepat kuasai di banding guru. Peserta didik juga menyadari keadaan gurunya yang masih tetap gaptek.

Tetapi, kita tidak bisa tutup mata pada apa yang dikabarkan oleh mass media belakangan ini. Umpamanya, empat orang siswa SMA di Tanjung Pinang (Kepulauan Riau) di keluarkan dari sekolah karna dituduh mengkritik guru lewat facebook. Terlepas dari kebenaran info yang mereka catat di facebook itu, nyatanya dunia maya sudah buat beberapa siswa itu hadapi persoalan yg tidak terbayangkan terlebih dulu.

Walau sebenarnya, apa yang ditulis oleh siswa di facebook peluang berdasar pada kenyataan atau sedikitnya guru kurang dapat merajut komunikasi dengan peserta didik. Serta, telah jadi berita umum bila siswa senantiasa ada pada tempat yang salah. Nampaknya, sekolah lebih pilih menyelamatkan guru dari pada siswa. Semoga hal tersebut telah jadi bahan bahasan Komisi Perlindungan Anak.

Demikian juga perihal, dikarenakan berteman lewat facebook, seseorang gadis remaja yang tengah duduk di kelas XI SMA di Surabaya nekat pergi ke Jakarta untuk menjumpai rekan pria yang dikenalnya lewat facebook. Kepergian tanpa ada pamit itu sudah pasti jadi masalah untuk orang-tua. Peristiwa itu setelah itu jadi masalah polisi karna sudah menjurus pada aksi pelanggaran hukum.

Peristiwa yg tidak diinginkan dikarenakan perjumpaan lewat dunia maya itu tidaklah pertama kalinya menerpa anak remaja. Sudah pasti banyak masalah sama berlangsung sampai saat ini seperti yang dikabarkan mass media serta beberapa sekali lagi tidaklah sampai di mass media. Diluar itu, jauh terlebih dulu sudah sekian kali juga tersingkap kalau anak mengetahui sex bebas lewat dunia maya.

Kebohongan Akademis

Problem bagian gelap dunia maya tidak saja menjerumuskan anak yang tengah memijak umur remaja dalam soal penyalahgunaan hubungan seksual, tetapi juga dalam kebohongan akademis di instansi pendidikan.

Jadi seseorang guru, penulis sempat memberi pekerjaan pada siswa untuk buat karya catat. Apa yang berlangsung? Nyatanya banyak diantara siswa menyetor pekerjaan berbentuk copy-paste dari dunia maya tanpa ada mengatakan sumber ataupun memberi analisa sesuai sama kekuatan mereka. Nyatanya, bukanlah hanya siswa sekolah menengah saja yang lakukan copy-paste karya orang yang lain, namun juga mahasiswa. Bahkan juga, beberapa waktu terakhir terkuak penjiplakan karya orang yang lain oleh seseorang profesdor di satu diantara perguruan tinggi di Bandung.

Lewat dunia maya, penyelesaian pekerjaan dengan copy-paste semakin ramai pada anak. Harus seseorang guru dituntut mengetahui kekuatan beberapa siswanya dalam merampungkan pekerjaan. Diluar itu, guru henndaknya rajin-rajin juga buka bebrapa website didunia maya yang terkait dengan bagian tugasnya. Bila tidak, peserta didik selalu lakukan copy-paste dari dunia maya tanpa ada mengatakan sumbernya.

Dunia maya selalu menyuburkan sikap penjiplakan yang begitu merugikan dunia pendidikan. Bila saja mereka ingin mengatakan sumbernya, pasti begitu baik. Satu hal perlu yang butuh ditanamkan pada anak dalam memakai dunia maya yaitu sikap kejujuran untuk mengatakan sumbernya. Bila tidak, sesudah dewasa pasti semakin lebih kronis dari pada sang profesor yang didapati menjiplak karya orang yang lain.

Pemakaian dunia maya seperti harusnya pasti juga akan memajukan dunia pendidikan. Jaman saat ini guru serta buku bukanlah sekali lagi hanya satu sumber belajar untuk siswa. Bila materi pembelajarannya susah diketemukan lewat buku-buku sumber, dunia mayalah yang juga akan membantunya. Kekurangan yang ada pada guru ataupun buku juga akan diperlengkapi oleh sumber yang ada pada dunia maya.

Persoalannya, sudahkah beberapa guru juga memakai dunia maya untuk menaikkan pikirannya? Bila guru cuma menyuruh siswa mencari sumber belajar dari dunia maya sedang guru sendiri masih tetap gaptek, jadi guru juga akan gampang dibohongi oleh siswa dalam merampungkan beberapa pekerjaan, terlebih guru yang malas mengoreksi beberapa pekerjaan yang dihimpun siswa. Keadaan begini pasti juga akan turut menimbulkan kebohongan pada dunia akademis. Jadi, terkecuali berikan keringanan dalam dunia pendidikan, dunia maya juga menumbuhsuburkan kebohongan.

Butuh Pengawasan

Kita juga tidak bisa tutup mata kalau anak ke internet semakin banyak mencari suatu hal yang tak ada hubungan dengan pekerjaan sekolah. Selama tidak menjurus ke beberapa hal yang negatif pasti tidak salah. Namun, guru ataupun orangtua yang termasuk gaptek juga akan susah untuk mengawasi tingkah laku anak dalam memakai dunia maya.

Anak minta izin ke warnet, juga akan menyebutkan ada pekerjaan dari sekolah, walau sebenarnya ia mencari suatu hal yang selanjutnya menjerumuskan dianya. Telah banyak masalah yang menjerumuskan anak dikarenakan dunia maya. Oleh karena itu butuh dicarikan jalan keluarnya bagaimana caranya meminimalisir efek negatif dunia maya.

Untuk meminimalisasi efek negatif dunia maya, butuh pengawasan dari beragam pihak. Pengawasan pertama pasti orang-tua, lalu guru di sekolah. Pengawasan dari orang-tua ataupun guru yang gaptek nampaknya juga akan alami kesusahan. Bagaimana dapat mengawasi bila lika-liku dunia maya tidak dikuasainya? Tersebut tantangan untuk orang-tua serta guru hadapi perubahan tehnologi info yang demikian cepat. Orang-tua ataupun guru senantiasa kalah cepat dari pada anak.

Mengingat umumnya orang-tua serta guru kurang kuasai tehnologi info, telah sepatutnya pemerintah terlebih Kementerian Komunikasi serta Info membuat perlindungan anak-anak dari dampak negatif dunia maya. Situs-situs yg tidak layak di buka oleh anak-anak butuh ditertibkan. Bila tidak, perkembangan tehnologi info malah juga akan menjerumuskan generasi muda. Perkembangan tehnologi juga akan menghancurkan masa depannya.

Korban dunia maya telah banyak, tidaklah perlu ditambah sekali lagi. Korban periode pendek dari tehnologi info seperti apa yang dikabarkan oleh mass media belakangan ini telah banyak berlangsung, janganlah ditambah sekali lagi. Sedang bagian negatif periode panjang, dunia maya juga akan menumbuhsuburkan penjimplakan karya orang yang lain, kebohongan akademis. Memanglah persoalannya bukanlah pada dunia maya itu tetapi karena krisis mental pada pemakainya. (Sumber : Bali Post tanggal 20 Pebruari 2010)

No comments:

Post a Comment